Minggu, 07 September 2008

Penanaman Pohon Gaharu
GAHARU merupakan gumpalan berbentuk padat berwarna coklat kehitaman sampai hitam, berbau harum jika dibakar. GAHARU terdapat pada bagian kayu atau akar dari jenis pohon penghasil GAHARU yang telah mengalami proses perubahan kimia dan fisika akibat terinfeksi oleh sejenis jamur. Beberapa jenis pohon penghasil GAHARU antara lain adalah Aquilaria spp., Aetoxylon sympetallum, Gyrinops, dan Gonystylus.Pemanfaatan GAHARU di Indonesia oleh Masyarakat Pedalaman Sumatera dan Kalimantan, telah berlangsung puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Secara tradisional GAHARU dimanfaatkan antara lain dalam bentuk dupa untuk upacara ritual dan keagamaan, pengharum tubuh dan ruangan, bahan kosmetik dan obat-obatan sederhana. Saat ini pemanfaatan GAHARU telah berkembang sangat luas antara lain untuk parfum, aroma terapi, sabun, body lotion, bahan obat-obatan yang memiliki khasiat sebagai anti asmatik, anti mikrobia, dan stimulan kerja syaraf dan pencernaan.Akibat dari pola pemanenan yang berlebihan dan perdagangan GAHARU yang masih mengandalkan pada alam, maka jenis-jenis tertentu (seperti Aquilaria dan Gyrinops) saat ini sudah tergolong langka, dan masuk dalam lampiran Convention on International Trade on Endangered Species of Flora and Fauna (Appendix II CITES).Guna menghindari pohon penghasil GAHARU tidak punah dan pemanfaatannya dapat lestari maka perlu upaya konservasi, baik in-situ (di dalam habitat) maupun ek-situ (di luar habitat) dan budidaya, serta rekayasa untuk mempercepat produksi GAHARU dengan teknologi induksi (inokulasi). Oleh karena itu, pengembangan budidaya GAHARU ke depan, selain untuk konservasi, juga sekaligus dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, pemerintah daerah, dan devisa bagi negara.Informasi yang bersifat “RAHASIA”, yaitu Perhitungan Kasar/Konservatif terhadap Usaha Ekonomi Budidaya Gaharu pada luasan 1 hektar dengan 1000 Pohon Gaharu selama 10 tahun, hanya memerlukan biaya sebesar Rp. 80 Juta, tetapi dapat menghasilkan penghasilan Rp. 2,8 Milyar. Luar Biasa Khan. Apalagi juga dapat menyelamatkan keanekaragaman hayati Indonesia, dengan mencegah punahnya Pohon-pohon penghasil Gaharu.Kegiatan Penanaman Pohon GAHARU sebagai Batas Kawasan TWA Gunung Baung ini bertujuan untuk membangun kembali atau mempertegas kembali batas kawasan konservasi di lapangan, sehingga batas kawasan TWA Gunung Baung dapat diketahui secara pasti dan dapat dilihat dari jauh.Selain bertujuan sebagai batas kawasan, Penanaman Pohon Gaharu ini juga ditujukan sebagai Percontohan Budidaya GAHARU (Alternatif Usaha Ekonomi Kehutanan Produktif ber Pasar Eksport) dengan Teknologi BIO INDUKSI.Budidaya GAHARU di TWA Gunung Baung ini merupakan Kegiatan Usaha Ekonomi Masyarakat Sekitar TWA Gunung Baung yang berpola Bapak Angkat. Bapak Angkat membantu Modal, Manajemen, Teknologi dan Pasar. Selain itu, Penanaman Pohon GAHARU ini akan dikemas dalam kegiatan penanaman oleh Para Wisatawan/Pengunjung/Siswa Sekolah. Pohon yang ditanam tersebut akan berpapan nama PENANAM-nya, dan setiap 6 bulan Para Penanam-nya akan memperoleh informasi dan foto perkembangan pohon-nya (ADOPT TREE) melalui Email.Demikian juga setelah Pohon Gaharu berumur 5-6 tahun atau berdiameter 10-15 cm, Para Wisatawan/Pengunjung/Siswa Sekolah dapat melakukan INDUKSI JAMUR Penghasil Gaharu, yang perkembangan hasilnya juga akan diinformasikan kepada Pelaku Induksi-nya melalui Email. (DIKUTIP DARI: BAUNG CAMP)

Tidak ada komentar: