Kamis, 14 Agustus 2008

Budidaya Gaharu

Jum'at, 04 Maret 2005 06:17 WIB
Provinsi Bengkulu Budidayakan Tanaman Kayu Gaharu

(ivan / MI)
JAKARTA - MI: -->
BENGKULU—MIOL: Pemprov Bengkulu sejak tahun lalu mulai mensosialisasikan usaha budidaya kayu gaharu (aquilaria malacensis), untuk dijadikan andalan pendapatan non kayu di masa mendatang.
Kayu gaharu merupakan satu hasil hutan non kayu mengandung damar wangi (aromatic resin) dan bisa dijadikan sebagai komoditi elit bernilai ekonomi tinggi, kata Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu Ir Soegito, Kamis.
Menurut dia, usaha budidaya dan pengembangan kayu gaharu dapat dilakukan dengan berbagai pola, terutama dengan mengoptimalkan ruang tumbuh hutan dan lahan, khususnya pada wilayah yang sangat potensial bagi perkembangan jenis kayu tersebut.
Ia menyatakan budidaya gaharu bisa berhasil secara berkelanjutan jika disertai dengan upaya pemberdayaan kelompok tani, kemitraan dan peningkatan daya saing yang melibatkan semua elemen masyarakat.
Karas/gaharu yang bernilai ekonomis tinggi itu sedikitnya terdapat pada sedikitnya 16 jenis kayu, di antaranya aqualaria hirta, aqualaria beccariana dan gyrinops Spp yang banyak tumbuh di 18 provinsi di Indonesia.
Berdasarkan data Direktorat Inventarisasi Litbang Depertemen Kehutanan, katanya, jenis kayu gaharu tumbuh secara alami di Indonesia dengan luas seluruhnya sekitar 4,8 juta Ha, terdapat di 18 provinsi, di antaranya kawasan hutan Sumatera Utara, Riau, Sumbar, Jambi dan Bengkulu.
Selain itu, tanaman itu juga tumbuh subur di Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Maluku, irian Jaya dan Papua.
Usaha budidaya kayu garahu sekaligus mencegah kepunahan karena pengambilan jenis kayu tersebut sudah berjalan sejak lama oleh masyarakat.
Getah kayu gaharu yang lebih dikenal dengan karas itu, harga jual pada tingkat pedagang pengumpul mencapai Rp15 juta/Kg. Karas dapat digunakan selain untuk obat-obatan juga parfum dan kosmetik.
Untuk industri farfum, gaharu digunakan sebagai komponen minyak wangi dan pengharum ruangan, sedangkan di sektor pengobatan dapat menyembuhkan penyakit kuning, ginjal dan obat penenang.
Pohon gaharu yang mempunyai karakteristik yang rimbun dan berakar dalam, juga mempunyai fungsi ekologis dari aspek konservasi tanah dan air.
Drs Yana Sumarna dari Litbang Hutan Konservasi Alam Departemen Kehutanan belum lama ini mengatakan, pengembangan budidaya gaharu sebaiknya dilaksanakan melalui penanaman secara swadaya oleh masyarakat dan dimasukan dalam program pemerintah.
Departemen Kehutanan, katanya, sudah melakukan penanaman gaharu bekerjasama dengan Universitas Mataram seluas 132 Ha di Desa Senaru Kabupaten Lombok Barat sejak tahun 1999.
Pohon gaharu rencananya akan dijadikan tanaman unggulan spesifik dalam proyek Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan), pada tahap awal akan dibuat daerah percontohan di enam provinsi, yakni Jambi, Riau, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara.
Pada tahun 2004 baru diadakan di dua provinsi, yakni Kalimantan Selatan dan Jambi, selebihnya dilakukan pada tahun berikutnya.
Tujuan ekspor gaharu Indonesia diutamakan ke Eropa, Arab dan Cina. Tahun 2003 produksi gaharu jenis aquilaria malacensis sebanyak 50 ton/tahun dan jenis A.filaria 125 ton/tahun dengan harga rata-rata Rp10 juta/Kg. (Ant/O-2)

1 komentar:

aisoice mengatakan...

Terima kasih infonya gan.
Lumayan buat nambah elmu.

Gema Parfum
Parfum Aroma Aromatic.

----------